1 Jan 2014

Sherlock Begins: A Study in Scarlet by Sir Arthur Conan Doyle

Sherlock Begins: A Study in Scarlet (Mengungkap Kasus Tak Terlacak) by Sir Arthur Conan Doyle
Penerjemah: Zia Anshor
Penerbit: Bukune
Tahun Terbit: 2012
Tebal: 212 hlm.
Sinopsis:
Inilah petualangan pertama Sherlock Holmes dan Dokter Watson. Berawal dari sebuah apartemen kecil di Baker Street, mereka kedatangan seorang klien untuk mengungkap kasus pembunuhan misterius. Telah ditemukan sosok mayat yang meninggal tak wajar, tanpa ada barang bukti pembunuhan.

Sherlock Holmes dengan sigap mencoba mengurai semuanya. Melacak jejak pelaku, bukti-bukti yang ada di sekitar kejadian, juga motif pembunuhan. Bagaimana cara sang detektif ulung ini melakukan pekerjaannya? Juga apa reaksi Dokter Watson saat mengikuti Sherlock di kasus pertama ini?

Sherlock Holmes Begins: A Study in Scarlet menceritakan segala mula petualangan duet dari Sherlock Holmes dan Dokter Watson. Pengenalan kedua karakter tersebut dibeberkan dengan detail, juga tentang alur dan motif kejadian pembunuhan yang sedang ditangani mereka. Tak ada yang mustahil untuk diungkap oleh seorang Sherlock Holmes.

Sebenarnya sudah pernah baca terjemahan buku ini versi GPU bertahun-tahun yang lalu. Tapi yah, sudah agak lupa sama ceritanya. Berhubung tema baca bareng bulan ini salah satunya adalah buku detektif, saya memutuskan untuk membaca ulang A Study in Scarlet, kali ini versi Bukune. Di awal proses membaca, saya sempat merasa bahwa terjemahan Bukune ini agak kaku, terutama penggunaan kata ‘saya’ oleh Dr. Watson. Menurut saya sih, cocoknya pakai ‘aku’ biar terasa lebih akrab. Tapi ini jelas pendapat pribadi. Toh pada akhirnya saya mampu menikmati membaca buku ini.

Sherlock Holmes: Mengungkap Kasus Tak Terlacak (judul asli: A Study in Scarlet), berkisah tentang pertemuan pertama kali antara Dr. John Watson dan Sherlock Holmes. Watson yang tadinya adalah dokter militer telah dibebastugaskan setelah mengalami cidera parah di medan perang. Kembali ke London, John kesulitan mencari tempat tinggal murah. Beruntunglah ia dipertemukan oleh sahabatnya dengan seorang laki-laki nyentrik bernama Sherlock Holmes, yang juga sedang membutuhkan teman untuk berbagi biaya sewa kamar (semacam kos-kosan gitu). Di awal pertemuan mereka, Watson terkejut sebab Holmes dapat mengetahui segala hal tentang dirinya meski mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Itulah kelebihan Sherlock Holmes. Belakangan, Dr. Watson mengetahui bahwa Holmes adalah seorang detektif konsultan. Yang bersangkutan kerap dimintai tolong oleh kepolisian untuk membatu memecahkan kasus-kasus pelik. Watson cukup beruntung, sebab tak lama setelah pertemuan mereka, Sherlock Holmes diminta untuk membantu kepolisian memecahkan kasus pembunuhan misterius. Telah ditemukan seorang pria yang tewas di sebuah rumah kosong. Tidak ada tanda-tanda perampokan serta tak ditemukan bukti tentang bagaimana cara ia meninggal. Selain itu, terdapat tulisan dengan darah di dinding: 'RACHE'. Apakah itu adalah pesan kematian sang korban?

Dengan kecerdasannya yang di atas rata-rata, Sherlock Holmes berusaha memecahkan teka-teki pembunuhan misterius tersebut. Dr. Watson yang punya sejarah di bidang militer merasa tertarik dengan kasus yang ditangani Holmes dan memutuskan untuk mendokumentasikan semuanya di buku catatan miliknya. Tanpa disadari, Sherlock Holmes dan Dr. Watson telah menjadi sahabat karib selama proses penyelidikan kasus tersebut.

Pada akhirnya, Sherlock Holmes memang berhasil menangkap si pembunuh. Hal ini terjadi dengan cara yang tak terduga. Bahkan Dr. Watson sendiri terkejut, meski ia bisa dibilang terlibat dalam penyelidikan hasus ini. Sama dengan Dr. Watson, pembaca juga sangat penasaran dan membutuhkan penjelasan dari Sherlock Holmes sendiri: bagaimana ia dapat mengetahui kedok si penjahat? Penjelasan akan kita peroleh, tapi sebelumnya kita harus membaca bagian kedua buku ini.

Ya, buku ini memang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah pengenalan para tokoh, pemaparan kasus, proses penyelidikan, hingga tertangkapnya sang pelaku. Sementara bagian kedua buku ini membawa pembaca mundur ke puluhan tahun sebelumnya, ke sebuah peristiwa bersejarah yang melibatkan ajaran Mormon, penyelamatan di padang gurun, kisah cinta terlarang, hingga kematian tragis. Tepatnya, kematian yang menjadi latar belakang pembunuhan yang diselidiki Sherlock Holmes dua puluh tahun kemudian.

Saya sangat menyukai kisah ini, terlepas dari terjemahannya yang sempat mengganggu kenikmatan membaca. Fakta bahwa buku ini terbit pertama kali tahun 1887 membuat saya semakin kagum. Bagaimana tidak, di tahun itu Sir Arthur Conan Doyle telah menulis kisah detektif yang memukau. Metode deduksi Sherlock Holmes yang begitu cerdas mencerminkan kejeniusan sang penulis. Maka tidak heran bila buku ini menjadi salah satu buku detektif klasik terbaik sepanjang masa.

Buku ini diceritakan dari sudut pandang Dr. Watson, di mana hal ini jarang saya temui dalam novel-novel yang terbit belakangan ini, baik novel terjemahan maupun novel lokal. Sejujurnya, saya malah tidak pernah membaca novel yang kisah tokoh utamanya diceritakan dari sudut pandang tokoh pendamping. Pada akhirnya, membaca (ulang) novel ini menjadi semacam penyegaran bagi saya yang selama ini hanya membaca novel dari sudut pandang orang pertama dan ketiga.

Secara keseluruhan, buku ini layak mendapatkan 5 bintang dari saya. Kapan-kapan, saya ingin membaca versi bahasa Inggrisnya deh. Mudah-mudahan nggak pusing. Hehe.

Oh ya, selama membaca buku ini, saya membayangkan Benedict Cumberbatch sebagai Sherlock Holmes dan Martin Freeman sebagai Watson (tentunya dalam balutan busana abad ke-18). Salahkan mini seri BBC Sherlock yang fenomenal itu! Episode pertama season 1-nya berjudul A Study in Pink, mengadaptasi buku A Study in Scarlet, namun kasusnya berbeda. Adegan pembukaannya memang sama persis (tapi dengan setting masa kini), mulai dari latar belakang singkat Watson, pertemuannya dengan Sherlock Holmes, penemuan mayat (kali ini wanita) di rumah kosong lengkap dengan tulisan ‘RACHE’. Tapi secara keseluruhan,  kasusnya berbeda dengan versi novel. Bagi penggemar cerita detektif sangat saya sarankan untuk menonton mini seri tersebut. By the way, tokoh favorit saya bukan Sherlock, melainkan Watson. #penting :D

Gambar dari sini

*Posting bareng BBI Desember kategori DETEKTIF.

3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Back to top