13 Apr 2013

Monster Blood (Goosebumps #3) - R.L. Stine

Judul: Stay Out of the Basement
Seri: Goosebumps #3
Penulis: R.L. Stine
Penerbit: Scholastic, 1992
Format: Ebook, 144 hlm

Sinopsis:
Soon after he purchases a dusty can of monster blood at the funky old toy store near his great-aunt Kathryn's house, Evan begins to notice some strange things happening to the people around him.

While staying with his weird great-aunt Kathryn, Evan visits a funky old store and buys a dusty can of monster blood. It's fun to play with at first, and Evan's dog, Trigger, likes it so much, he eats some!
But then Evan notices something weird about the green, slimy stuff. It seems to be growing.
And growing.
And growing.
And all that growing has given the monster blood a monstrous appetite...

Evan Ross dititipkan di rumah bibinya sementara ibu dan ayahnya pergi ke Atlanta untuk mencari rumah baru yang nantinya akan mereka tempati. Bibi Kathryn tuli dan tak bisa membaca membaca bibir, sehingga menyulitkan Evan untuk berkomunikasi dengannya. Bibinya itu tampaknya tak menyukai Evan. Bahkan Sarabeth, kucing hitam miliki bibi Kathryn juga bersikap tidak menyenangkan terhadap Evan. Untungnya Evan punya seekor anjing jenis cocker spaniel bernama Trigger yang lucu dan imut-imut, sehingga bocah itu tidak merasa terlalu kesepian. Ditambah lagi, ia berkenalan dengan anak perempuan seusianya yang bersikap sangat bersahabat, namanya Andrea dan biasa disapa Andy.

Saat sedang berjalan-jalan di kota, Evan dan Andy memasuki sebuah toko mainan yang sudah tua dan bobrok. Toko tersebut disesaki dengan berbagai jenis mainan yang sudah berdebu. Saat menjelajahi bagian belakang toko, Evan menemukan sebuah kaleng yang bertulisan Monster Blood (Darah Monster). Merasa tertarik dengan benda tersebut, Evan memutuskan untuk membelinya dengan uang saku yang diberikan ibunya sebelum pergi ke Atlanta. Sang pemiliki toko tadinya tak ingin menjual Darah Monster karena menurutnya benda itu sudah tua dan mungkin sudah tidak bagus lagi, akan tetapi Evan terus memaksa, apalagi Andy juga rupanya tertarik dengan mainan unik itu sehingga mereka berdua berebutan. Akhirnya, sang pemilik toko membiarkan Evan membeli Darah Monster, tapi dengan sebuah peringatan, “But, I’m telling you, it’s no good. It’s too old.” Ia berkata bahwa ia tak mau menerima komplain apapun. Evan mengiyakan lalu kemudian membawa pulang sekaleng Darah Monster.

Ternyata kaleng tersebut berisi gumpalan berwarna hijau, kenyal dan bisa dibentuk. Benda itu bisa memantul di lantai maupun dinding. Tak hanya itu, Darah Monster juga ternyata berpendar dalam gelap. Evan dan Andy bersenang-senang dengan benda itu... sampai akhirnya Trigger menelan segumpal dari stok Darah Monster yang tadinya dimainkan oleh Evan dan Andy. Evan panik, khawatir anjingnya kenapa-kenapa. Tapi nyatanya Trigger baik-baik saja. Akan tetapi, hari-hari berikutnya, tubuh Trigger makin membesar. Awalnya Evan mengira Trigger termasuk anjing yang pertumbuhannya terlambat. Kata dokter hewan, kondisi tubuh Trigger sehat-sehat saja, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun Evan tak bisa tenang. Sebab tak hanya tubuh Trigger yang membesar. Darah Monster yang dimilikinya juga menunjukkan tanda-tanda yang sama. Mainan itu tak lagi menyala dalam gelap, tak lagi bisa dimainkan, dan tampaknya selalu menggelegak. Benda itu juga menghangat, seolah-olah hidup. Dan, yang paling mengkhawatirkan, ukurannya semakin lama semakin membesar. Mula-mula ukuran Darah Monster membesar seukuran ember. Saat Evan menuangnya ke sebuah bathtub yang tak terpakai di ruang bawah tanah, Darah Monster juga ikut membesar seukuran bathtub.

Akhirnya, Darah Monster menjelma menjadi monster sungguhan, dan mulai menelan apa saja yang dilewatinya. Ia sudah menelan seekor robin bird dan dua anak kembar yang sering menggangu Evan. Tapi Darah Monster tampaknya belum puas dan masih terus mengincar Evan dan Andy...

Ini adalah buku ketiga dari serial Goosebumps. Saya mulai bisa membaca pola cerita R.L. Stine dalam seri-seri Goosebumps: Anak-anak yang menghadapi teror selalu berada dalam kondisi tak bisa meminta tolong pada orang dewasa. Pada Welcome To Dead House, misalnya, anak-anak menghadapi teror dari para hantu pada saat orang tua mereka sedang berkunjung ke rumah tetangganya (belakangan ketahuan bahwa orang tua mereka disekap). Pada Stay Out Of The Basement, sang ibu harus pergi mengunjungi adiknya yang sedang sakit, meninggalkan anak-anak bersama sang ayah yang diam-diam telah berubah menjadi monster. Pada buku ketiga ini, Evan dititipkan ke rumah bibi yang tuli dan tak menyenangkan.

Bicara soal menakutkan, menurut saya buku ini nggak semenakutkan buku pertama dan kedua. Mungkin juga karena ceritanya dituturkan dari sudut pandang orang ketiga. Untuk cerita-cerita horor (baik buku anak maupun dewasa), saya cenderung lebih suka apabila cerita tersebut diceritakan dari sudut pandang orang pertama. Memang sih, penulis jadi terbatas dalam mengeksplorasi cerita, karena katakanlah deskirpsi tentang setting lokasi, misalnya, itu hanya sebatas pada apa yang dilihat (atau diiingat) oleh tokoh utama. Namun, sisi positifnya adalah pembaca bisa merasa lebih dekat dengan tokoh utama, bahkan bisa menyelami pikiran dan perasaan tokoh utama, sehingga pembaca seolah mengalami langsung apa yang sedang dialami tokoh utama.

Kembali ke Monster Blood, kadar horornya memang kurang, tapi unsur petualangan lebih terasa di buku ini, sebab setting ceritanya tidak melulu di dalam rumah atau di sekitar rumah seperti buku sebelumnya: Stay Out Of The Basement. Akan tetapi, monsternya tidak seram-seram amat, malah lucu. Membayangkan monster melompat-lompat dengan bunyi plop plop plop, sama sekali nggak ada seram-seramnya. Tapi twist dalam buku ini lumayan menarik. Terungkapnya rahasia yang cukup mengejutkan membuat cerita ini jadi memiliki unsur fantasi, dan saya suka. Omong-omong, endingnya amat-sangat-menggantung. Saya jadi penasaran, karena Monster Blood memiliki sekuel hingga Monster Blood 4. Sepertinya R.L. Stine juga punya ketertarikan khusus terhadap kisah Monster Blood.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Back to top