22 Mar 2013

Welcome to Dead House (Goosebumps #1) - R.L. Stine

Judul: Welcome to Dead House
Seri: Goosebumps #1
Penulis: R.L. Stine
Penerbit: Scholastic, 1992
Format: Ebook, 142 hlm

Sinopsis:
Amanda and Josh think the old house they have just moved into is weird. Spooky. Possibly haunted. And the town of Dark Falls is pretty strange, too.

But their parents don't believe them. You'll get used to it, they say. Go out and make some new friends.

So Amanda and Josh do. But these friends are not exactly what their parents had in mind.

Because they want to be friends...
...forever.

Dulu, sewaktu SMP dan belum mengenal J.K. Rowling, penulis favorit saya nomor satu adalah R.L. Stine. Saya ingat suka banget minjem serial Goosebumps di perpustakaan lokal. Sayangnya waktu itu serinya nggak lengkap. Nomornya loncat-loncat gara-gara entah bukunya sedang dipinjam orang lain, atau hilang. Nggak terlalu masalah sih sebetulnya buat saya, soalnya setiap seri Goosebumps ceritanya berdiri sendiri. Beranjak SMA, walau masih suka membaca serial ini, saya mulai membaca buku R.L. Stine yang ditujukan untuk pembaca remaja (atau saat ini lebih dikenal dengan istilah Young Adult), yaitu serial Fear Street. Adakah yang ingat serial ini? Walau bergenre horor, serial Fear Street hampir tidak pernah menampilkan sosok monster atau hantu seperti Goosebumps, tapi sosok pembunuh psikopat dan semacamnya. Serial ini juga tidak kalah menarik.

Kembali ke Goosbumps, salah satu seri yang nggak pernah saya baca versi terjemahannya karena tidak tersedia di perpus, adalah seri nomor 1: Welcome to Dead House, yang diterjemahkan menjadi ‘Selamat Datang Di Rumah Mati’. Beruntunglah saat ini banyak penggemar Goosebumps yang meng-upload ebook seri ini di internet, sehingga saya bisa mengobati rasa penasaran saya, meskipun saya harus membacanya dalam bahasa Inggris.

Welcome to Dead House berkisah tentang Amanda dan Josh yang baru pindah ke rumah baru mereka di Dark Falls. Meski judulnya ‘pindah ke rumah baru’, rumah yang itu tidak benar-benar baru. Seorang paman dari pihak ayah mereka mewariskan rumah tersebut kepada mereka. Lucunya, ayah mereka sendiri tidak ingat pernah memiliki paman yang tinggal di Dark Falls. Tapi siapa sih yang mau menolak warisan berupa sebuah rumah, apalagi rumah itu lebih besar dari rumah lama Amanda dan Josh. Awalnya, Amanda dan Josh tidak menyukai rumah baru itu. Rumah itu terlihat gelap karena dinaungi pohon besar yang tumbuh di pekarangan. Petey, anjing keluarga mereka juga tidak menyukai rumah itu. Tapi karena keputusan sudah diambil, maka mau tidak mau Amanda dan Josh harus menurut.

Setelah melihat-lihat bagian dalam rumah tersebut, ternyata Amanda merasa cocok dengan rumah itu, ia bahkan sudah memilih kamarnya sendiri. Ia berharap adik laki-lakinya juga bakal menyukainya. Sayangnya, Amanda tak bisa berlama-lama menyukai rumah itu. Ia mulai mengalami mimpi buruk. Bahkan, ia melihat penampakan di rumah itu. Sekali waktu berwujud sesosok anak laki-laki, di lain waktu berwujud anak perempuan.

Tampaknya ada yang tidak beres dengan rumah tersebut. Bahkan bukan rumah itu saja yang aneh, tapi seluruh Dark Falls. Meski saat itu sedang musim panas, mendung sering menaungi kota kecil itu. Ditambah lagi dengam pepohonan besar yang tumbuh di kiri-kanan jalan yang menghalangi sinar matahari, membuat kota itu terlihat semakin kelam. Mungkin itulah mengapa kota itu diberi nama Dark Falls (by the way, deskripsi Dark Falls mengingatkan saya pada kota Forks dalam serial Twilight). Kompleks di sekitar rumah baru Amanda dan Josh juga sangat sepi, terlalu sepi malah. Meski akhirnya Amanda dan Josh bertemu dengan anak-anak lain di daerah itu, sikap anak-anak itu pun terkesan aneh. Misalnya, saat matahari tiba-tiba muncul, anak-anak itu segera pulang ke rumah masing-masing, dengan alasan sudah saatnya makan siang, padahal menurut Amanda waktunya terlalu cepat untuk makan siang. Atau kalimat aneh beberapa di antara anak-anak itu yang berkata kepada Amanda, “I used to live in your house…”

Ada apa sebenarnya dengan rumah mereka? Atau lebih tepatnya, ada apa sebenarnya dengan Dark Falls?

Harus saya akui, saya sempat merinding ketika membaca buku ini. Sejak kecil saya memang penyukai cerita-cerita hantu. Tapi saya nggak menyangka buku yang ditujukan untuk anak-anak ini bisa-bisanya membuat saya merinding. Saya juga dibuat penasaran oleh misteri di rumah baru Amanda dan Josh. Siapakah sebenarnya sosok-sosok yang dilihat oleh Amanda? Hantu? Ataukah itu, menurut ibu Amanda, hanya imajinasi Amanda semata? Lalu bagaimana dengan gorden yang bergerak sendiri padahal jendela kamar Amanda tertutup rapat? Hal-hal semacam itulah yang sempat membuat saya merinding, namun tidak bisa berhenti membaca buku ini hingga selesai.

Seingat saya, sewaktu kecil dulu saya hampir tidak pernah dibuat merinding oleh buku-buku Goosebumps, tapi lebih ke rasa penasaran, terutama karena serial Goosebumps selalu memiliki twist ending yang cukup mengejutkan. Apakah buku ini memang seram? Ataukah membaca buku ini dalam bahasa asli membuat efek horornya lebih ‘nendang’ dibanding membaca edisi terjemahan? Entahlah.

Well, ada bagian yang menurut saya rasa kurang masuk akal. Yaitu ketika Josh mengajak Amanda mencari Petey, anjing mereka yang hilang, ke kuburan tak jauh dari rumah baru mereka, sebab tempat itulah di mana Petey ditemukan saat pertama kali anjing itu kabur. Hellow, ke kuburan tengah malam woy! Waras nggak sih? Tapi harus saya akui bagian itu seru sekali, karena saat itulah Amanda dan Josh akhirnya mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di Dark Falls. Yah, dimaklumi sajalah, namanya juga buku anak-anak, horor pula.

Membaca serial Goosebumps memang mengasyikkan. Rasanya seperti menonton serial tv Twilight Zone versi anak-anak. Saya beri 4 bintang untuk Rumah Mati di Dark Falls.

6 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Back to top