14 Feb 2014

The Magical Worlds of The Lord of the Rings by David Colbert

Judul: The Magical Worlds of The Lord of the Rings (Dunia Ajaib The Lord of The Rings)
Penulis: David Colbert
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006
Tebal: 193 hlm.
ISBN: 9789792219296
Sinopsis:
Siapa atau apakah sebenarnya Gandalf?
Apa yang paling disukai Tolkien dari Frodo?
Mengapa para Elf Tolkien begitu jangkung?
Mengapa Cermin Galadriel tak bisa dipercaya?

Karya-karya epik J.R.R. Tolkien telah memukau para pembaca selama lebih dari setengah abad. Middle-earth dan segala isinya merupakan dunia rekaan yang paling lengkap dan utuh dalam literatur, namun mitologi yang menjadi dasar penciptaannya masih tetap merupakan misteri bagi sebagian besar pembaca.

The Magical Worlds of The Lord of the Rings menjelaskan folklor serta legenda-legenda zaman dahulu kala yang menjadi inspirasi bagi karya-karya Tolkien. Mulai dari saga Finlandia, Kalevala, Shakespeare, Beowulf, dan lain-lainnya, buku ini merupakan panduan ringkas untuk memasuki dunia fantasi ciptaan Tolkien.

Tahun ini saya berencana membaca ulang seluruh karya Tolkien yang telah diterjemahkan di Indonesia, mulai dari The Hobbit hingga trilogi The Lord of The Rings (mungkin juga menonton ulang filmnya). Nah, untuk mempersiapkan perjalanan saya memasuki kembali dunia rekaan Tolkien (cieeh), saya memutuskan untuk membaca buku ini sebagai pengantar.

The Magical Worlds of The Lord of The Rings (Dunia Ajaib The Lord of The Rings) karya David Colbert ini berisi macam-macam pertanyaan (dan jawaban, tentunya) yang berhubungan dengan karya-karya Tolkien, misalnya: Apakah Bangsa Hobbit Percaya Tuhan? Berapa Banyakkah Bahasa Ciptaan Tolkien? Mengapa Umur Elf Begitu Panjang? Mengapa Frodo yang Menjadi Pembawa Cincin? dan pertanyaan-pertanyaan menarik lainnya yang berhubungan dengan The Hobbit maupun The Lord of The Rings.

Membaca buku ini membuka wawasan saya tentang pengarang hebat bernama lengkap John Ronald Reuel Tolkien. Beliau sangat cerdas dan memiliki minat yang tinggi terhadap bahasa, juga terhadap dongeng-dongeng dari berbagai belahan dunia. Sungguh mencengangkan mengetahui fakta bahwa butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk menulis The Lord of The Rings (untuk selanjutnya saya singkat menjadi LOTR). Melalui buku ini saya jadi tahu banyak hal yang menjadi inspirasi Tolkien dalam menulis karyanya, mulai dari legenda Beowulf, Kalevala, karya-karya Shakespeare, Raja Arthur, dan masih banyak lagi, termasuk di antaranya pengalaman Tolkien dalam Perang Dunia II serta pengalaman mengerikan masa kecilnya yang berhubungan dengan laba-laba.

Saya pribadi sangat mengagumi kecintaan Tolkien terhadap bahasa. Bagi yang sudah membaca atau menonton film LOTR, pasti tahu tentang bahasa Elf yang digunakan para peri kan? Tahu tidak, kalau bahasa-bahasa tersebut adalah ciptaan Tolkien sendiri? Begitulah Tolkien, saking besarnya rasa cinta beliau terhadap bahasa-bahasa, ia sampai menciptakan bahasa sendiri. Tak hanya bahasa Elf ia ciptakan, tapi juga banyak bahasa lain. Sumber inspirasinya berasal dari bahasa-bahasa Inggris kuno yang sudah tak pernah digunakan lagi. Bahkan, saat menulis The Hobbit dan The Lord of The Rings, Tolkien memikirkan dengan serius nama-nama yang akan ia gunakan untuk para tokoh, kota, negeri, makhluk, dan lain-lain. Malah, salah satu penyebab mengapa novel LOTR begitu lama ditulis, adalah karena Tolkien terlalu lama memikirkan nama-nama. Setiap nama sangat berharga bagi Tolkien, meski itu nama para tokoh jahat. Setiap nama punya sejarah dan makna yang dalam bagi si Tolkien. Mungkin hal ini bisa dijadikan contoh bagi para penulis fiksi fantasi Indonesia? :)

Sayang sekali, saat membaca terjemahan buku ini, saya mengalami kejenuhan. Apakah faktor terjemahan yang membuatnya jadi kurang menarik? Padahal sejujurnya fakta-fakta tentang Tolkien dan karyanya yang dituang dalam buku ini amat menarik buat saya. Satu lagi hal yang sedikit mengganggu kenikmatan membaca adalah catatan pinggir di buku ini. Catatan-catatan kecil tersebut memang memuat info-info menarik (semacam trivia) tentang Tolkien, legenda, dan karya-karya beliau. Tapi entah mengapa hal tersebut justru mengganggu ritme membaca. Mungkin lebih baik di sisipkan saja di dalam uraian buku ini, daripada dibuat menjadi catatan pinggir.

Secara keseluruhan buku ini cocok dibaca bagi para penggemar Tolkien dan karya-karyanya, karena buku ini membahas secara ringkas berbagai hal yang ingin kita ketahui tentang beliau. Tentu saja buku ini tidak membahas secara detail dan lengkap tentang sejarah hidup Tolikien dan karya-karyanya, karena memang ada buku-buku lain yang membahas hal tersebut lebih jauh. Tapi untuk pembaca sekadar ingin tahu, buku ini bisa dijadikan pilihan. Meski buku ini cukup menarik, sayangnya saya merasa bosan pada beberapa bagian. Saya beri 3/5 bintang untuk buku ini.

***

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Back to top